Ki Sura adalah seorang saudagar kaya di desa Mojo. Ia memiliki kebun
apel yang luas. Banyak warga desa yang bekerja pada Ki Sura. Sebagian ada yang
merawat kebun, sebagian lagi membantu Ki Sura berniaga, menjual apel-apelnya ke
berbagai daerah. Walau sudah kaya raya, namun Ki Sura terkenal sangat kikir.
Dia enggan memberi pada orang orang yang memerlukan bantuannya, alasanny adalah
"takut rugi".
Suatu hari tibalah masa panen. Apel-apel segar nan ranum dipetik warga,
dikumpulkan dalam keranjang dan diangkut menuju rumah Ki Sura. Di rumahnya, Ki
Sura telah menunggu. Ia bertanya pada orang kepercayaannya apakah tak ada warga
yang mencuri apelnya. Dia selalu takut apel-apelnya berkurang dan mengurangi
keuntungannya.
Setelah semua apel selesai dipetik, Ki Sura menyuruh para pekerjanya
untuk memasukkan buah manis itu ke dalam kotak kayu. Namun tiba-tiba Ki Sura
berteriak pada salah seorang pekerjanya "hey, apa yang kamu lakukan?”
Tanya Ki sura pada pekerja yang membuang beberapa buah apel. "Maaf Ki, ada
sedikit lubang di buah apel yang saya buang ini. Saya yakin ini ulat Ki, jika
Ki Sura tak percaya, silahkan diperiksa" jawab pekerja itu dengan sopan.
"Jika kau lakukan itu maka aku akan rugi. Apel itu belum busuk.
Masukkan saja semuanya" ujar Ki Sura dengan tegas. Semua pekerja melakukan
apa yang diperintahkan oleh pak Sura. Keesokan harinya, berangkatlah Ki sura
beserta beberapa pekerjanya untuk menjual apel-apelnya. Mereka mengendarai
pedati. Untuk sampai ke tempat tujuan mereka harus melakukan perjalanan berhari
hari.
Selang berberapa hari, sampailah Ki Sura ke desa yang dituju. Ia telah
membayangkan untung besar pasti didapatnya hari ini. Semua kotak kayu berisi
buah apel telah diturunkan. Ki Sura menawarkan apelnya pada beberapa orang
penjual buah yang ada di pasar itu. Mereka telah sepakat tentang harganya.
Namun betapa terkejutnya mereka setelah membuka kotak kotak apel itu.
Yang mereka lihat adalah tumpukan apel apel yang busuk. Akhirnya para
pedagang mengurungkan niat mereka untuk membeli apel-apel itu. Ki Sura sangat
sedih dan menyesal. Pupus sudah impiannya untuk mendapat laba besar. Yang ia
dapatkan adalah kerugian yang tak terhitung jumlahnya.
"Andai apel yang berlubang karena ulat itu aku buang, niscaya tak
akan begini kejadiannya" keluh Ki Sura penuh penyesalan.
No comments:
Post a Comment