Friday, 6 November 2015

Seruling Ibu & Naga Merah



Matahari telah meninggi namun Jamal tetap lelap dbalik selimut. Tubuhnya yang tambun seperti tikus besar yang meringkuk di pojok bilik bambu tempat ia dan ibunya tinggal. Ibunya berusaha dengan berbagai cara untuk membangunkan Jamal, namun tak Jamal hiraukan panggilan berkali-kali dari ibunya yang telah renta itu.

"Hari sudah sangat terik Jamal, jika kau tak segera bangun dan mencari buah buahan di hutan maka kita akan kelaparan hari ini" suara ibu putus asa membangunkan Jamal. Mendengar kata "makan", Jamalpun menggeliat bangun dengan malas. "iya iya aku berangkat bu..., andai kita kaya tak perlulah tidurku terganggu hanya tuk mencari buah setiap hari seperti ini" gerutu Jamal panjang.

Setelah bersiap ala kadarnya jamal segera bergegas menuju hutan. Sebelum berangkat ibu Jamal membekalinya dengan sebuah seruling. "bila ada bahaya merintangimu tiuplah seruling ini" pesan sang ibu pada Jamal. Walaupun telah jauh masuk ke dalam hutan, Jamal tak juga menemukan pohon berbuah yang bisa ia makan dan ia bawa pulang.

Karena marasa kesal, Jamalpun memukul semua pohon disekitar tempat ia berdiri dengan seruling yang ia pegang. Ia merasa sangat marah karena selain lelah, ia juga merasa sangat lapar namun tak juga menemukan makanan. Seruling pemberian dari ibunya pun hancur berkeping-keping. Rupanya pukulan Jamal pada pohon-pohon itu telah menimbulkan kegaduhan dan membangunkan naga merah yang tidur tak jauh dari tempat itu. Naga itu merasa sangat marah dan bergerak menuju tempat dimana jamal berdiri.


Melihat naga merah yang sangat besar, Jamal merasa ketakutan. Ia teringat pesan ibunya tuk meniup seruling bila ada bahaya mengintai, tapi betapa kecewanya hati Jamal ketika menyadari bahwa seruling pusaka milik ibunya telah hancur. Jamal benar-benar menyesal, tapi sesal saat itu tak berguna lagi.

No comments:

Post a Comment