Matahari telah meninggi namun Jamal tetap lelap dbalik selimut. Tubuhnya
yang tambun seperti tikus besar yang meringkuk di pojok bilik bambu tempat ia dan
ibunya tinggal. Ibunya berusaha dengan berbagai cara untuk membangunkan Jamal,
namun tak Jamal hiraukan panggilan berkali-kali dari ibunya yang telah renta
itu.
"Hari sudah sangat terik Jamal, jika kau tak segera bangun dan
mencari buah buahan di hutan maka kita akan kelaparan hari ini" suara ibu
putus asa membangunkan Jamal. Mendengar kata "makan", Jamalpun
menggeliat bangun dengan malas. "iya iya aku berangkat bu..., andai kita
kaya tak perlulah tidurku terganggu hanya tuk mencari buah setiap hari seperti
ini" gerutu Jamal panjang.
Setelah bersiap ala kadarnya jamal segera bergegas menuju hutan. Sebelum
berangkat ibu Jamal membekalinya dengan sebuah seruling. "bila ada bahaya
merintangimu tiuplah seruling ini" pesan sang ibu pada Jamal. Walaupun
telah jauh masuk ke dalam hutan, Jamal tak juga menemukan pohon berbuah yang
bisa ia makan dan ia bawa pulang.
Karena marasa kesal, Jamalpun memukul semua pohon disekitar tempat ia
berdiri dengan seruling yang ia pegang. Ia merasa sangat marah karena selain
lelah, ia juga merasa sangat lapar namun tak juga menemukan makanan. Seruling
pemberian dari ibunya pun hancur berkeping-keping. Rupanya pukulan Jamal pada
pohon-pohon itu telah menimbulkan kegaduhan dan membangunkan naga merah yang
tidur tak jauh dari tempat itu. Naga itu merasa sangat marah dan bergerak
menuju tempat dimana jamal berdiri.
Melihat naga merah yang sangat besar, Jamal merasa ketakutan. Ia
teringat pesan ibunya tuk meniup seruling bila ada bahaya mengintai, tapi
betapa kecewanya hati Jamal ketika menyadari bahwa seruling pusaka milik ibunya
telah hancur. Jamal benar-benar menyesal, tapi sesal saat itu tak berguna lagi.
No comments:
Post a Comment