Friday 6 November 2015

Pak So dan Hutan Lindung




Alkisah di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang lelaki setengah baya bersama istri dan seorang anak lelakinya yang berumur 10 tahun. Orang sekampung biasa memanggilnya dengan sebutan Pak So. Sebenarnya namanya Sholeh, namun orang orang menganggap bahwa nana "So" lebih cocok dengan dirinya yang sederhana.

Setiap hari Pak So pergi ke hutan bersama anaknya untuk mencari kayu bakar kemudian dia jual. Pak So hanya mengambil kayu-kayu yang telah mati. Dia sangat mencintai hutan, sehingga tak pernah menebang pohon yang masih hidup. Dia akan terus masuk ke dalam hutan dan mencari pohon yang telah mati untuk kemudian ia tebang dan ia gali hingga ke akarnya.

Kayu-kayu itu kemudian akan ia jual kepada warga desa yang membutuhkan. Karena Pak So hanya menebang kayu yang mati, ia tak selalu mendapat penghasilan yang banyak. Ia dan kekuarganya tetap hidup sederhana dan pas-pasan, namun Pak So senang karena dia bekerja tanpa merusak hutan.

Suatu hari, seperti biasa Pak So ditemani putranya berangkat ke hutan, kali ini mereka harus masuk lebih dalam lagi karena tak juga menemukan pohon yg telah mati. Menjelang siang barulah Pak So menemukan kayu yang mati. Seperti biasa ia memotong batang dan menggali akarnya. Namun betapa terkejutnya Pak So karena tak berapa lama menggali ia menemukan sebongkah batu yang ternyata emas. Pak So dan anaknya sangat bersyukur atas berkah Tuhan itu. Alhamdulillah.

Dengan membawa kayu dan bongkahan batu emas itu Pak So dan putranya pulang ke rumah. Berita penemuan emas yang dialami Pak So dengan cepat menyebar ke seluruh warga. Mereka merasa iri pada Pak So dan mulai meninggalkan pekerjaan mereka untuk kemudian berburu emas di hutan. Pak So telah mengingatkan warga desa, bahwa ia kebetulan saja menemukan bongkahan emas itu. Namun warga tak percaya, mareka meyakini bahwa hutan itu adalah berkah bagi mereka karena tanahnya mengandung emas.
Setiap hari para warga pergi ke hutan berbondong-bondong, menebangi pohon pohon dan menggali akar-akarnya. Hutan yang dahulunya rimbun, kini rusak dan bnyak pohon tumbang dimana-mana. Pak So merasa sangat sedih. Dia terus berusaha mengingatkan warga bahwa apa yang mereka lakukan itu tidaklah benar. Namun warga merasa gelap mata. Mereka sangat ingin mendapatkan bongkahan emas. Tindakan mereka makin hari makin ganas saja. Tak hanya pohon besar yang di tebang tapi juga pohon kecil. Setiap inci tanah mereka gali tuk mendapatkan emas.

Melihat usahanya untuk mengingatkan warga gagal, akhirnya Pak So mengajak istri dan anaknya untuk pergi saja dari desa itu. Pak So merasa sangat sedih melihat kondisi hutan yang rusak, pepohonan tumbang dimana-mana. Hati Pak So benar-benar bagai diiris.


Selang beberapa lama sepeninggal Pak So dan keluarganya, warga desa mulai putus asa karena tak juga menemukan bongkahan emas. Akhirnya mereka menghentikan pencarian dan kembali bejerja seperti biasa. Namun tak lama berselang, hujan deras turun selama 3 hari, warga mulai panik, karena air sungai terus meninggi. Di hari keempat banjir tak dapat dielakkan lagi. Desa itu berubah menjadi genangan air. Hutan tak mampu melindungi mereka dari banjir, karena pohon-pohonnya tak ada lagi.

No comments:

Post a Comment