Alkisah di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang lelaki setengah baya
bersama istri dan seorang anak lelakinya yang berumur 10 tahun. Orang sekampung
biasa memanggilnya dengan sebutan Pak So. Sebenarnya namanya Sholeh, namun
orang orang menganggap bahwa nana "So" lebih cocok dengan dirinya
yang sederhana.
Setiap hari Pak So pergi ke hutan bersama anaknya untuk mencari kayu
bakar kemudian dia jual. Pak So hanya mengambil kayu-kayu yang telah mati. Dia
sangat mencintai hutan, sehingga tak pernah menebang pohon yang masih hidup.
Dia akan terus masuk ke dalam hutan dan mencari pohon yang telah mati untuk
kemudian ia tebang dan ia gali hingga ke akarnya.
Kayu-kayu itu kemudian akan ia jual kepada warga desa yang membutuhkan.
Karena Pak So hanya menebang kayu yang mati, ia tak selalu mendapat penghasilan
yang banyak. Ia dan kekuarganya tetap hidup sederhana dan pas-pasan, namun Pak So
senang karena dia bekerja tanpa merusak hutan.
Suatu hari, seperti biasa Pak So ditemani putranya berangkat ke hutan,
kali ini mereka harus masuk lebih dalam lagi karena tak juga menemukan pohon yg
telah mati. Menjelang siang barulah Pak So menemukan kayu yang mati. Seperti
biasa ia memotong batang dan menggali akarnya. Namun betapa terkejutnya Pak So
karena tak berapa lama menggali ia menemukan sebongkah batu yang ternyata emas.
Pak So dan anaknya sangat bersyukur atas berkah Tuhan itu. Alhamdulillah.
Dengan membawa kayu dan bongkahan batu emas itu Pak So dan putranya
pulang ke rumah. Berita penemuan emas yang dialami Pak So dengan cepat menyebar
ke seluruh warga. Mereka merasa iri pada Pak So dan mulai meninggalkan
pekerjaan mereka untuk kemudian berburu emas di hutan. Pak So telah
mengingatkan warga desa, bahwa ia kebetulan saja menemukan bongkahan emas itu.
Namun warga tak percaya, mareka meyakini bahwa hutan itu adalah berkah bagi
mereka karena tanahnya mengandung emas.
Setiap hari para warga pergi ke hutan berbondong-bondong, menebangi
pohon pohon dan menggali akar-akarnya. Hutan yang dahulunya rimbun, kini rusak
dan bnyak pohon tumbang dimana-mana. Pak So merasa sangat sedih. Dia terus
berusaha mengingatkan warga bahwa apa yang mereka lakukan itu tidaklah benar.
Namun warga merasa gelap mata. Mereka sangat ingin mendapatkan bongkahan emas.
Tindakan mereka makin hari makin ganas saja. Tak hanya pohon besar yang di
tebang tapi juga pohon kecil. Setiap inci tanah mereka gali tuk mendapatkan
emas.
Melihat usahanya untuk mengingatkan warga gagal, akhirnya Pak So
mengajak istri dan anaknya untuk pergi saja dari desa itu. Pak So merasa sangat
sedih melihat kondisi hutan yang rusak, pepohonan tumbang dimana-mana. Hati Pak
So benar-benar bagai diiris.
Selang beberapa lama sepeninggal Pak So dan keluarganya, warga desa
mulai putus asa karena tak juga menemukan bongkahan emas. Akhirnya mereka
menghentikan pencarian dan kembali bejerja seperti biasa. Namun tak lama
berselang, hujan deras turun selama 3 hari, warga mulai panik, karena air
sungai terus meninggi. Di hari keempat banjir tak dapat dielakkan lagi. Desa
itu berubah menjadi genangan air. Hutan tak mampu melindungi mereka dari
banjir, karena pohon-pohonnya tak ada lagi.
No comments:
Post a Comment